August 28, 2009

Bukan Musuh Kemanusiaan


Ramadhan tiba. Nggak kerasa udah hampir seminggu. Dan cepat atau lambat kita akan berpisah dengan Ramadhan. Sedih tentunya. Selamat berasik masyuk dengan Ramadhan kepada semuanya. Fokuskan lahir dan bathin untuk menjadi pribadi yang super, pribadi yang taqwa.
Postingan kali ini adalah rangkuman dari bahasan Ustad Muhammad Rusli Malik pada tanggal 27 May 2009 di pengajian LaTahzan.
Tak henti-hentinya memang, islam sebagai agama pembawa kedamaian dicoreng dengan tindakan pengrusakan, dan teror. Tak ayal, pandangan salah dunia luar tentang islam sebagai agama yang brutal pun seolah terbenarkan dengan adanya aksi bom bunuh diri yang mengatasnamakan islam. Sungguh kebetulan, Ustad Rusli telah membahas ayat-ayat dalam Al Quran yang ber -tema penting bahwa islam adalah agama kedamain (anti-terorisme) pada tanggal 27 May 2009, dimana selang beberapa minggu setelah itu (pertengahan Juli 2009), jakarta di teror dengan bom di dua hotel hampir bersamaan. Seolah, kebetulan ini membekali para kader LaTahzan, untuk tetap semangat memperjuangkan nilai-nilai luhur islam yang sebenarnya, yaitu kedamain, keadilan, dan menjunjung tinggi hakekat azasi kemanusiaan. Dengan adanya rangkuman ini, semoga para kader LaTahzan dapat kembali teringatkan. Atau pembaca secara umum, mungkin bisa mengambil sedikit pelajaran.


Di dalam agama islam, hukum-hukum yang berhubungan dengan perlindungan jiwa manusia dalam bermasyarakat ternyata diatur langsung dalam Al Quran. Sumber yang tidak ada keraguan di dalamnya. Sumber yang tidak ada pertentangan darinya, karena Allah SWT sendiri yang telah mengaturnya.
Maka ketika ada yang bertanya “Dasar apa yang bisa membuktikan bahwa tindakan terorisme itu bertentangan dengan islam?” maka sebagai muslim, yang tidak akan tinggal diam membiarkan citra islam dirusak, menjadi lebih dari keharusan untuk tahu, dan memberikan penerangan dengan bukti-bukti jelas, yaitu merujuk kepada Al Quran. Detail bisa di baca di blog LaTahzan atau lanjut di sini..klik

Jika anda tidak hapal ayatnya, setidaknya anda tau dimana mencarinya dalam Al Quran, yang insya Allah hampir semua muslim punya. Mari kita merujuk ke surah Al Maidah ayat 27 s.d 32. Akan lebih jelas, jika anda bisa membaca sendiri langsung dan mendalami ayat per ayat sampai dengan ayat 40 dari mushaf yang anda punya. Tapi untuk mempersingkat, maka saya akan coba rangkum.

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam menurut yang sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang lain. Ia (yang tidak diterima kurbannya) berkata, ‘Aku pasti membunuhmu!’ Berkata (yang diterima kurbannya), ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuhku) dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka. Hal yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim. Hawa nafsu (yang tidak diterima kurbannya) menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah. Maka, jadilah ia sorang diantara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (si pembunuh) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata (si pembuhuh), ‘Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?’ Karena itu, jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.” (Al Maa’idah:27-31)

Ini adalah ayat-ayat yang menceritakan tentang pembunuhan manusia yang pertama di muka bumi. Lebih dikenal dengan kisah “Qabil dan Habil”, anak-anak nabi Adam a.s. Dimana ini terjadi pada masa awal peradaban manusia, bahkan Allah mengajarkan langsung bagaimana menguburkan mayat dengan mengirimkan percontohan binatang (burung) yang menguburkan bangkai burung lainnya sesaat setelah burung itu mati.

Di sini jelas, ketakwaan Habil yang menjadikan kurbannya diterima Allah SWT, sementara kurban Qabil tidak diterima. Dan iri hati Qabil telah mengobarkan Hawa nafsu dia menjadi menang, bahkan menjadikannya mampu membunuh saudaranya sendiri. Jelas, betapa janganlah kita menganggap enteng tentang penyakit kecil iri hati, dan hawa nafsu kita sendiri. Hawa nafsu yang tidak terkontrol sangatlah berbahaya, bahkan bisa merenggut jiwa seorang yang taqwa sekalipun.
(Syukur Alhamdulillah, Allah SWT memberi kita petunjuk untuk bagaimana kita bisa berlatih mengontrol hawa nafsu kita, yaitu salah satunya dengan berpuasa, tentunya dengan tujuan akhir takwa).

Adalah Habil (yang terbunuh), pribadi yang takwa, sedemikian kurbannya juga diterima. Disini dikisahkan, ketika Qabil mengancam akan membunuhnya, Habil berkata “aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”
Di sini Habil, memilih untuk bersabar dan berserah diri kepada Allah SWT, zat yang menghidupkan dan mematikan, dia takut hanya kepada Allah SWT, dia tidak main hakim sendiri (padahal melakukan pembelaan diri itu boleh, tapi sabar tentu lebih baik, Habil tidak takut akan ancaman, dia malah menjawab dengan hati penuh kelembutan). Karena meski pada akhirnya Qabil berhasil merenggut jiwa Habil, tapi justru Qabil yang merugi, karena dia membiarkan hawa nafsu nya menguasai, dan berbuat zalim.

Dari ayat di atas, bisa dilihat bahwa Allah mengutuk pembunuhan, dan sebaliknya dilukiskan contoh indah pribadi yang penuh ketenangan, kecintaan akan kedamaian, dan ketakwaan bahkan pada saat-saat genting sekalipun. Itulah, pribadi takwa yang diharapkan dimiliki setiap muslim. Memiliki perkataan yang dapat meredakan dendam, memadamkan kedengkian, meredakan keinginan jahat. Tapi meski demikian, saudara yang saleh ini memberikan peringatan “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuhku) dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka. Hal yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim” (Al Maa’idah: 29)

Berikutnya, dalam Al Maa’idah ayat 32, Allah SWT lebih menegaskan tentang hukum kemanusiaan ini.
“Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan, barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudia banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi” (Al Maa’idah:32)

Meski redaksinya ditujukkan kepada Bani Israil (saat itu), tapi tentu nilainya tetap dan berlaku umum. Di sini lebih jelas ditekankan, betapa pembunuhan apa pun, diluar putusan pengadilan (qisas) adalah dosa yang sangat besar. Disini pembunuhan yang dimaksud (bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi) adalah pembunuhan selain qisas (keputusan pengadilan qisasa atas kasus pembunuhan atau qisas sebagai akibat berbuat kerusakan). Dimana membunuh satu jiwa, sama dengan membunuh manusia seluruhnya. Kenapa? Karena hak hidup itu adalah hak semua manusia, hak bersama yang dimiliki semua orang, maka pembunuhan berarti pelanggaran terhadap hak hidup itu sendiri. Membunuh satu orang, sama saja dengan membunuh seluruh manusia.

Dari ayat ini, dapat dilihat tidak ada yang sangat menghormati nyawa manusia selain orang islam. Maka tidak dibenarkan orang melakukan tindakan terorisme (memakai bom di tubuhnya untuk membunuh orang lain dengan alasan apa pun).
Begitu juga sebaliknya, « Dan siapa yang menghidupkan/menyelamatkan satu jiwa/kerusakan (seperti green peace act, menolong orang-orang tak mampu dll) maka seakan-akan menyelamatkan manusia seluruhnya. »
Disini dikatakan kalo menyelamatkan nyawa satu orang, pahala nya sama dengan menyelamatkan orang seluruhnya, apa alasannya?
Karena agama datang benar-benar untuk menyelamatkan manusia, tidak datang untuk saling mendendam, saling menyakiti. Agama datang untuk menghilangkan itu semuanya, makanya disini benar-benar tegas ditekankan bahwa membunuh satu orang sama dengan membunuh semuanya, dan menyelamatkan satu orang sama dengan menyelamatkan semuanya. Kenapa demikian?

Lihat Al Baqoroh 213 ; kaanannasu ummatan wahidatan karena manusia itu adalah umat yang satu, yang berbeda-beda itu hanya namanya saja, tapi hakekat kemanusiaan adalah satu. Dan karena umat yang satu, Allah membangkitkan nabi-nabi untuk mempertahankan kesatuan itu. Jadi agama islam itu memang agama kedamaian.

Kalau ada kelompok (yang mengaku islam) yang kerjaannya memfitnah, membunuh, mengajak orang menghancurkan orang lain, dan lantas mengatasnamakan islam, itu jelas-jelas bukan islam.

Lebih lanjut di jelaskan « ..Allah kemudian membangkitkan nabi-nabi pemberi kabar gembira (kalo bersatu dan berbuat kebaikan), peringatan (kalo berpecah belah dan berbuat kerusakan; neraka) maka kemudian allah menurunkan kepada manusia kitab suci yang berisi kebenaran supaya dijadikan hukum untuk menegakkan keadilan di tengah2 manusia atas apa yang diperselisihkan... »

Untuk apa perlu ada hukum? biar tidak saling fitnah. Kalau ada hukum, ada keragu-raguan akan tindakan tidak adil, sebaiknya dilaporkan saja ke pengadilan dan biarkan di selesaikan di pengadilan, jangan lantas bermain hakim sendiri, merusak dengan berdemo sambil membakar kantor-kantor dan merusak rumah-rumah. Tindakan demikian, jelas-jelas bertentangan dengan apa yang Allah SWT telah turunkan dalam Al Qur’an.

Sekali lagi, dari ayat di atas kita bisa simpulkan, betapa islam itu adalah pembawa kedamaian, dan sangat menentang tindakan-tindakan pengrusakan, baik itu pengrusakan alam ataupun pengurasakan terhadap hak-hak hakekat kemanusian.

Marilah kita, senantiasa lebih rajin lagi mempelajari Al Quran. Karena sungguh, nilai-nilainya berbicara, dan terbukti dengan sendirinya saat ini, padahal ia diturunkan lebih dari 1400 taun yang lalu. Adalah kerugian, jika kita tidak mempelajarinya, karena hanya dengan berpegang kepada Al Quran lah kita akan mampu mendapatkan kemenangan di dunia dan juga di akhirat.

Selamat mengisi puasa anda. Selamat berusaha menjadi pribadi yang super. Pribadi yang taqwa.
Jika ada kesalahan, kemungkinan besar datangnya dari saya, yang merangkum. Semoga bermanfaat....


Sumber
1. Muhammad Rusli Malik, Rekaman Pengajian LaTahzan, Jakarta, 27 May 2009
2. Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 3 (Surah An-Nisaa’71-Pengantar Surah Al An’aam), Gema Insani, Jakarta, 2002

Salam, Elin

1 comment:

linda-linzy said...

Nice posting...
Maap2 juga kalaw ada salah.