August 28, 2009

Sok Artistic Pake Akrilik




-------
Gwa: "Liat deh? pake acrylic.."
Orang-1:"Serius..ini KL yang bikin? Nggak percaya..ini Bromo kan...kok bisa sih?"
(gw gak mau nanya lebih lanjut, statement gak percaya dan kok bisa? bisa jadi karena kagum atau saking jeleknya..tapi setidaknya dia nebak itu Bromo, berarti recognizable)
-------
Siang-siang kumpul-kumpul sama anak-anak kantor, gw tunjukkin tuh foto di handphone.
Gwa: "Any comment?"
Orang-2 (sambil datar): "Apaan nih..ouuww..ini lo yang bikin? ya..ga papalah..buat ngisi kesibukan lo ntar di gurun"
(komentar datar, yang dia komentarin adalah gw, bukan lukisannya, gw cuma nyengir aj sok cool)

Orang-3 (sambil ketus): "coba liat sini...ih...kayak lukisan anak gw ini mah"
(gw nyengir aja, emang emak2 yang satu itu paling jago mengungkap fakta, dalam hati: anak lo kan 2 taun aja belon..sejelek itukah?! hatiku terpuruk)

Orang-4 (sambil ngeluh): "Apaan sih..gunung..gunung..kayak lukisan gw dulu zaman SD ..lu tuh tong ya..bikin beginian mah gw aja bisa... pake crayon kan?"

(Gw nyengir aja..kalo ndut udah bersabda..susah nengahinnya..apalagi klo udah ngeluarin jurus geek nya...iyee..crayon ama acrylic mirip-mirip emang)

Bukan Musuh Kemanusiaan


Ramadhan tiba. Nggak kerasa udah hampir seminggu. Dan cepat atau lambat kita akan berpisah dengan Ramadhan. Sedih tentunya. Selamat berasik masyuk dengan Ramadhan kepada semuanya. Fokuskan lahir dan bathin untuk menjadi pribadi yang super, pribadi yang taqwa.
Postingan kali ini adalah rangkuman dari bahasan Ustad Muhammad Rusli Malik pada tanggal 27 May 2009 di pengajian LaTahzan.
Tak henti-hentinya memang, islam sebagai agama pembawa kedamaian dicoreng dengan tindakan pengrusakan, dan teror. Tak ayal, pandangan salah dunia luar tentang islam sebagai agama yang brutal pun seolah terbenarkan dengan adanya aksi bom bunuh diri yang mengatasnamakan islam. Sungguh kebetulan, Ustad Rusli telah membahas ayat-ayat dalam Al Quran yang ber -tema penting bahwa islam adalah agama kedamain (anti-terorisme) pada tanggal 27 May 2009, dimana selang beberapa minggu setelah itu (pertengahan Juli 2009), jakarta di teror dengan bom di dua hotel hampir bersamaan. Seolah, kebetulan ini membekali para kader LaTahzan, untuk tetap semangat memperjuangkan nilai-nilai luhur islam yang sebenarnya, yaitu kedamain, keadilan, dan menjunjung tinggi hakekat azasi kemanusiaan. Dengan adanya rangkuman ini, semoga para kader LaTahzan dapat kembali teringatkan. Atau pembaca secara umum, mungkin bisa mengambil sedikit pelajaran.


Di dalam agama islam, hukum-hukum yang berhubungan dengan perlindungan jiwa manusia dalam bermasyarakat ternyata diatur langsung dalam Al Quran. Sumber yang tidak ada keraguan di dalamnya. Sumber yang tidak ada pertentangan darinya, karena Allah SWT sendiri yang telah mengaturnya.
Maka ketika ada yang bertanya “Dasar apa yang bisa membuktikan bahwa tindakan terorisme itu bertentangan dengan islam?” maka sebagai muslim, yang tidak akan tinggal diam membiarkan citra islam dirusak, menjadi lebih dari keharusan untuk tahu, dan memberikan penerangan dengan bukti-bukti jelas, yaitu merujuk kepada Al Quran. Detail bisa di baca di blog LaTahzan atau lanjut di sini..klik

Jika anda tidak hapal ayatnya, setidaknya anda tau dimana mencarinya dalam Al Quran, yang insya Allah hampir semua muslim punya. Mari kita merujuk ke surah Al Maidah ayat 27 s.d 32. Akan lebih jelas, jika anda bisa membaca sendiri langsung dan mendalami ayat per ayat sampai dengan ayat 40 dari mushaf yang anda punya. Tapi untuk mempersingkat, maka saya akan coba rangkum.

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam menurut yang sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang lain. Ia (yang tidak diterima kurbannya) berkata, ‘Aku pasti membunuhmu!’ Berkata (yang diterima kurbannya), ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuhku) dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka. Hal yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim. Hawa nafsu (yang tidak diterima kurbannya) menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah. Maka, jadilah ia sorang diantara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (si pembunuh) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata (si pembuhuh), ‘Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?’ Karena itu, jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.” (Al Maa’idah:27-31)

Ini adalah ayat-ayat yang menceritakan tentang pembunuhan manusia yang pertama di muka bumi. Lebih dikenal dengan kisah “Qabil dan Habil”, anak-anak nabi Adam a.s. Dimana ini terjadi pada masa awal peradaban manusia, bahkan Allah mengajarkan langsung bagaimana menguburkan mayat dengan mengirimkan percontohan binatang (burung) yang menguburkan bangkai burung lainnya sesaat setelah burung itu mati.

Di sini jelas, ketakwaan Habil yang menjadikan kurbannya diterima Allah SWT, sementara kurban Qabil tidak diterima. Dan iri hati Qabil telah mengobarkan Hawa nafsu dia menjadi menang, bahkan menjadikannya mampu membunuh saudaranya sendiri. Jelas, betapa janganlah kita menganggap enteng tentang penyakit kecil iri hati, dan hawa nafsu kita sendiri. Hawa nafsu yang tidak terkontrol sangatlah berbahaya, bahkan bisa merenggut jiwa seorang yang taqwa sekalipun.
(Syukur Alhamdulillah, Allah SWT memberi kita petunjuk untuk bagaimana kita bisa berlatih mengontrol hawa nafsu kita, yaitu salah satunya dengan berpuasa, tentunya dengan tujuan akhir takwa).

Adalah Habil (yang terbunuh), pribadi yang takwa, sedemikian kurbannya juga diterima. Disini dikisahkan, ketika Qabil mengancam akan membunuhnya, Habil berkata “aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”
Di sini Habil, memilih untuk bersabar dan berserah diri kepada Allah SWT, zat yang menghidupkan dan mematikan, dia takut hanya kepada Allah SWT, dia tidak main hakim sendiri (padahal melakukan pembelaan diri itu boleh, tapi sabar tentu lebih baik, Habil tidak takut akan ancaman, dia malah menjawab dengan hati penuh kelembutan). Karena meski pada akhirnya Qabil berhasil merenggut jiwa Habil, tapi justru Qabil yang merugi, karena dia membiarkan hawa nafsu nya menguasai, dan berbuat zalim.

Dari ayat di atas, bisa dilihat bahwa Allah mengutuk pembunuhan, dan sebaliknya dilukiskan contoh indah pribadi yang penuh ketenangan, kecintaan akan kedamaian, dan ketakwaan bahkan pada saat-saat genting sekalipun. Itulah, pribadi takwa yang diharapkan dimiliki setiap muslim. Memiliki perkataan yang dapat meredakan dendam, memadamkan kedengkian, meredakan keinginan jahat. Tapi meski demikian, saudara yang saleh ini memberikan peringatan “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuhku) dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka. Hal yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim” (Al Maa’idah: 29)

Berikutnya, dalam Al Maa’idah ayat 32, Allah SWT lebih menegaskan tentang hukum kemanusiaan ini.
“Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan, barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudia banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi” (Al Maa’idah:32)

Meski redaksinya ditujukkan kepada Bani Israil (saat itu), tapi tentu nilainya tetap dan berlaku umum. Di sini lebih jelas ditekankan, betapa pembunuhan apa pun, diluar putusan pengadilan (qisas) adalah dosa yang sangat besar. Disini pembunuhan yang dimaksud (bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi) adalah pembunuhan selain qisas (keputusan pengadilan qisasa atas kasus pembunuhan atau qisas sebagai akibat berbuat kerusakan). Dimana membunuh satu jiwa, sama dengan membunuh manusia seluruhnya. Kenapa? Karena hak hidup itu adalah hak semua manusia, hak bersama yang dimiliki semua orang, maka pembunuhan berarti pelanggaran terhadap hak hidup itu sendiri. Membunuh satu orang, sama saja dengan membunuh seluruh manusia.

Dari ayat ini, dapat dilihat tidak ada yang sangat menghormati nyawa manusia selain orang islam. Maka tidak dibenarkan orang melakukan tindakan terorisme (memakai bom di tubuhnya untuk membunuh orang lain dengan alasan apa pun).
Begitu juga sebaliknya, « Dan siapa yang menghidupkan/menyelamatkan satu jiwa/kerusakan (seperti green peace act, menolong orang-orang tak mampu dll) maka seakan-akan menyelamatkan manusia seluruhnya. »
Disini dikatakan kalo menyelamatkan nyawa satu orang, pahala nya sama dengan menyelamatkan orang seluruhnya, apa alasannya?
Karena agama datang benar-benar untuk menyelamatkan manusia, tidak datang untuk saling mendendam, saling menyakiti. Agama datang untuk menghilangkan itu semuanya, makanya disini benar-benar tegas ditekankan bahwa membunuh satu orang sama dengan membunuh semuanya, dan menyelamatkan satu orang sama dengan menyelamatkan semuanya. Kenapa demikian?

Lihat Al Baqoroh 213 ; kaanannasu ummatan wahidatan karena manusia itu adalah umat yang satu, yang berbeda-beda itu hanya namanya saja, tapi hakekat kemanusiaan adalah satu. Dan karena umat yang satu, Allah membangkitkan nabi-nabi untuk mempertahankan kesatuan itu. Jadi agama islam itu memang agama kedamaian.

Kalau ada kelompok (yang mengaku islam) yang kerjaannya memfitnah, membunuh, mengajak orang menghancurkan orang lain, dan lantas mengatasnamakan islam, itu jelas-jelas bukan islam.

Lebih lanjut di jelaskan « ..Allah kemudian membangkitkan nabi-nabi pemberi kabar gembira (kalo bersatu dan berbuat kebaikan), peringatan (kalo berpecah belah dan berbuat kerusakan; neraka) maka kemudian allah menurunkan kepada manusia kitab suci yang berisi kebenaran supaya dijadikan hukum untuk menegakkan keadilan di tengah2 manusia atas apa yang diperselisihkan... »

Untuk apa perlu ada hukum? biar tidak saling fitnah. Kalau ada hukum, ada keragu-raguan akan tindakan tidak adil, sebaiknya dilaporkan saja ke pengadilan dan biarkan di selesaikan di pengadilan, jangan lantas bermain hakim sendiri, merusak dengan berdemo sambil membakar kantor-kantor dan merusak rumah-rumah. Tindakan demikian, jelas-jelas bertentangan dengan apa yang Allah SWT telah turunkan dalam Al Qur’an.

Sekali lagi, dari ayat di atas kita bisa simpulkan, betapa islam itu adalah pembawa kedamaian, dan sangat menentang tindakan-tindakan pengrusakan, baik itu pengrusakan alam ataupun pengurasakan terhadap hak-hak hakekat kemanusian.

Marilah kita, senantiasa lebih rajin lagi mempelajari Al Quran. Karena sungguh, nilai-nilainya berbicara, dan terbukti dengan sendirinya saat ini, padahal ia diturunkan lebih dari 1400 taun yang lalu. Adalah kerugian, jika kita tidak mempelajarinya, karena hanya dengan berpegang kepada Al Quran lah kita akan mampu mendapatkan kemenangan di dunia dan juga di akhirat.

Selamat mengisi puasa anda. Selamat berusaha menjadi pribadi yang super. Pribadi yang taqwa.
Jika ada kesalahan, kemungkinan besar datangnya dari saya, yang merangkum. Semoga bermanfaat....


Sumber
1. Muhammad Rusli Malik, Rekaman Pengajian LaTahzan, Jakarta, 27 May 2009
2. Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 3 (Surah An-Nisaa’71-Pengantar Surah Al An’aam), Gema Insani, Jakarta, 2002

Salam, Elin

August 18, 2009

Buku-buku Zahir




Love is a disease no one wants to get rid of. Those who catch it never try to get better, and those who suffer do not wish to be cured.

Setidaknya itu line yang lumayan bikin gw terngiang-ngiang ampe sekarang. Bukan hanya karena maknanya yang dalam dan gw setuju dengan itu, tapi karena emang munculnya juga di bagian belakang novel, jadi gw masih inget, setelah kemaren akhirnya rampung baca novel Zahir. Hehe…ya, akhirnya gw selesai baca Zahir nya Paulo Coelho.

Kayaknya mungkin ngabisin lebih dari setengah taun gw baca buku ini; waktu yang lebih lama di bandingkan si Paulo nya nulis buku ini (january-june 2004). Bukan karena bukunya nggak menarik, tapi justru karena sangat menarik jadi gw pengen bener2 ngeresapin makna di balik kata-kata nya Paulo dari halaman ke halaman. Buku ini juga yang nemenin gw backpacking kemaren; yang sebenernya cocok (bgt) karena buku ini juga sarat tema tentang perjalanan dan pencarian. Hehe..tapi alasan paling utama tentu karena gw emang pembaca yang lambat (ditambah sok sibuk?! Sama tukang bosenan karena suka baca buku macem2 dalam waktu bersamaan hehe). Overall; gw puas dan gak sabar untuk nabung beli buku dia yang lain lagi hehe.

Ngomong-ngomong soal mood baca, gw sendiri kayaknya blum bisa di bilang readaholic, masih lebih sering ngerasa kalo nonton dvd atau nonton tv jauh lebih menarik dibanding baca buku (bahkan novel sekali pun). Makanya gw ngerti banget klo ponakan gw juga ternyata lebih tertarik maen PS2 dibanding baca buku, karena maen PS jauh lebih menarik, seperti menariknya nonton dvd bagi gw. Tapi untung mungkin gw gak separah ponakan gw, yang ngedadak harus ganti baju dan pake seragam sepak bola favorit kesebelasan mereka hanya gara-gara biar semangat maen club favorit mereka di game bola PS2.

Ampunn dah padahal mereka baru 4 dan 8 taun…anyway…tapi itulah hidup. Kadang gw harus belajar dari mereka yang umurnya gak lebih dari setengah umur gw. Nyontek dari mereka, gimana biar bisa spontan, bisa 100% all in di setiap apa pun yang kita kerjain. Contohnya, saking semangatnya mau maen PS, sebelum maen mereka ganti baju dulu pake seragam bola…hehe..(kecil-kecil lebay mereka!!)…emang berlebihan (namanya juga anak kecil), tapi itulah dunia mereka…mereka berusaha ngebikin sehidup mungkin imajinasi mereka, cita-cita mereka, yang kadang kalo gw mikir, kok gw gak pernah punya energi kayak gitu buat ngerjain kerjaan gw sehari-hari? Padahal kerjaan yang gw kerjain seharusnya gw sukain, karena inilah yang bakalan gw lakuin hampir buat seumur hidup gw…dimanakah energi itu? Ataukan gw gak ngenikmatin kerjaan gw, lantas kalo gw gak ngenikmatin, kenapa gw masih juga dsini? Bahkan demi kerjaan ini gw bakal ninggalin orang-orang yang gw cintain..mm..yaiks…

Why do we love certain people and hate others?
Why are we born if, in the end, we die?

Itu pertanyaan-pertanyaan di zahir, yang kurang lebih sama konsepnya, mempertanyakan ke diri kita sendiri. Nggak muluk-muluk tentang gimana mengubah dunia, tapi gimana menyadari seutuhnya diri kita sendiri. Bertanya itu di perbolehkan, karena itu juga yang bikin kita tetap bakalan hidup. Tapi bagaimana kita nyikapin pertanyaan yang lantas nentuin siapa diri kita. Sekedar bertanya, numpang lewat, maka gak akan ada artinya (meski lebih baik daripada tidak bertanya sama sekali..kayak pepatah). Terobsesi sampai mencari jawaban ke negeri China (asumsi bukan orang china hehe) dan melupakan kehidupan yang ada juga gak bagus. Tapi tetaplah mencari, dan berusaha sesuai dengan kapasitas, menurut gw cukup bijak.


Jika sepupu gw, berbagi pengalaman hidupnya dengan nulis cerita dan di rangkum menjadi buku TEGAR kekuatan dalam keterpurukan, atau si Om Alfian nulis buku yang bagus Menyerap Energi Ketuhanan (menurut gw, apalagi mendekati puasa, ini buku bisa jd referensi bagus buat merenung)..maka hal terkecil yang bisa gw lakuin adalah membaca. Bacalah…
Selamat membaca semuanya..

August 7, 2009

Bacpacking in Java Lombok Indonesia

I am back for good. I took a month vacation and went for backpacking across java, bali and end up in Lombok, or Gili to be precise. Although the trip was not really well planned at least I managed to go to Pangandaran (lembah Putri), Cirebon (meet family of course), Hiking Gede Mountain, go to Bromo-Tengger Semeru National Park, a bit of Lombok, diving in Gili and a bit of Bali.

Unfortunately, the Rinjani Mountain was on alert because of recent eruption of the Gunung baru, so practically it was almost impossible to summit Rinjani, unless you want to die there. That was a very lame excuse of course, but anyway safety is always my priority. Anyway it is so ironic that I am talking about safety, while the truth is I got sick after 3 weeks, and I had to stay in Gili-lombok. And so I spent the rest of the month in Gili. I had no choice other than postponing checking the Komodo dragon (saudara kodok!) and seeing Kelimutu Lake in Flores. Maybe some other time in the future, I’ll go there. Recovering in deserted island like Gili wasn’t really bad idea at all. It was really fascinating, in fact my fever and flu just went away in couple days and I finally went for diving. I am not promoting anything but seeing shark, manta, turtles, and dive in boat wreck for the first time in underwater Gili is nothing to be doubt. Just great!! Hehe..







Cukup cuap-cuap pake bahasa inggris gak jelas. Yang puguh, gw pergi menghilang selama sebulan, bukan tanpa alasan. Meski liburan jadi tema, tapi sebenarnya ada yang lebih dari sekedar liburan yang pengen gw cari. Tapi kok kedengarannya jadi kayak yang melankolis sentimentil gini.

Anyway, liburan adalah liburan, tiap orang punya versi nya sendiri-sendiri, mau penuh dengan style luxurious atau backpacking atau apa pun jenisnya, at the end itu masalah pilihan. Dan tiap orang punya cara sendiri menikmatin pilihan mereka masing-masing. Selama lo tau apa yang lo mau dan yang lo cari, pasti lo bisa nemuin jalan untuk nikmatin proses pencarian itu. Dengan bekal itu pula, akhirnya gw sok-sokan backpacking selama hampir satu bulan kemarin. Mungkin bisa disebut super-amatir backpacker.

Prinsip gw adalah ngenikmatin spontanitas yang ada dan siap dengan kemungkinan terburuk. Agak-agak lebay emang kalo dengan alasan spontanitas lantas gw nge-cat rambut gw jadi sedikit pirang gak jelas. Hehe..tapi setidaknya jadi sedikit modal penyamaran gw (spionage kayak james Bond ceritanya), buat ngehindarin orang yang mungkin dikenal sepanjang perjalanan. Tapi sumpah dipikir2 lebay banget klo gw kege-eran takut dikenal orang dari ujung pangandaran ampe ujung banyuwangi, bahkan nyebrang ke gilimanuk, padangbai, lembar, bangsal ampe gili. Artis juga bukan, udah gitu mana ada artis jalan-jalan pake bis ama pindah turun di tiap terminal. Superlativ lebay=lebay kuadrat.

Di tengah jalan, nggak jarang gw ketemu ama orang yang curious pengen tau (entah karena bau badan yg ekstrim karena pola mandi gak jelas, atau mungkin sekedar kasian) “kenapa backpacking?”, gw selalu jawab beda-beda sekena-nya gw, atau berusaha nge-respons dengan porsi yang pas sesuai ama seberapa besar pengen tau dia atau penglaman dia sendiri.

Sama tukang potong sapi yang satu bis dari probolinggo ke situbondo, gw bilang “iseng aja”, tapi lantas setelah dia bilang “iseng kan ada alasannya?”, lantas gw jawab “lagi nyari inspirasi”, tapi kemudian dia bingung mengartikan kata-kata inspirasi, akhirnya percakapan berlanjut sejauh sapi gelonggongan dan harga sapi yg bakal ngelonjak mendekati lebaran.






Sama temen lama gw yang entah kenapa bisa ketemu di surabaya bareng-bareng ke Bromo, gw bilang alasannya karena “gw pengen hal yang beda dan butuh keterasingan” (bukan berhubungan ama hal-hal asing kyk alien) tapi gimana gw deal dengan hal-hal baru (orang dan tempat yang nggak dikenal, seperti belajar gimana caranya survive dengan calo, preman dan terminal) dan ngambil keputusan-keputusan kecil tapi significan (keputusan simple kayak naik bis jurusan mana yang gak bikin nyasar, atau apakah gw kudu nyari losmen untuk tidur, atau cukup dengan buka tenda hal-hal seperti itu).
Dari itu semua, bukan berarti gw jadi ahli atau bijak dalam ngambil keputusan tapi setidaknya gw dipaksa untuk ngenikmatin keputusan yang gw ambil sendiri. Ya setidaknya gw buat keputusan buat gw sendiri. Sesuatu yang kadang dalam kehidupan sehari-hari gak gw temuin, karena sering kali gw dihadepin sama keadaan dimana gw seolah-olah gak punya pilihan, bahkan dikasih kesempatan ngambil keputusan pun tidak.

Di Ketapang lain lagi ceritanya. Ketika kebingungan karena hampir tengah malam dan gak ada taksi atau ojek yang bisa nganter dari terminal bis ke pelabuhan, eh ternyata nasib ngebawa gw ketemu orang yang sama-sama kebingungan juga, dan akhirnya hanya karena persamaan nasib dan tujuan dan juga keharusan ngebagi charteran angkot, akhirnya gw malah mengenal baik teman baru ini. Teman yang dulunya juga sering menghabiskan waktu diantara bis, terminal dan tempat-tempat baru.

Dia nggak nanya “kenapa kamu bakcpacking?”, dia langsung mendoakan “semoga kamu menemukan apa yang kamu cari”.

Gw sedikit protes ke dia, “kenapa gak doakan semoga sehat sampai selesai backpacking aja? Karena aku sedang tidak mencari apa-apa, hanya sekedar liburan”

Kata dia, “kesehatan itu memang diusahakan, sedikit dicari, tapi itu jg didapat dari Tuhan, kadang kamu gak punya pilihan, makanya aku doakan langsung tentang pencarian kamu, aku yakin kamu mencari sesuatu”
“mungkin iya, mungkin tidak, ya..sekedar mungkin mencari pengalaman”
"kamu duduk di rumah, baca buku, nulis blog juga pengalaman, kenapa harus sambil jalan jauh dari ujung ke ujung pulau jawa bahkan berniat sampai ke nyebrang lombok dan flores segala? Hanya untuk pengalaman ?"
"mungkin, hanya untuk itu, aku tidak pernah membuat hidupku rumit, aku ada waktu, aku dari dulu pengen backpacking, so here I am"
"Emang itu kedengaran sederhana, tapi dari banyaknya kata mungkin dalam setiap jawaban mu, nampaknya kamu tidak yakin sama dirimu sendiri, apakah itu bagian dari pencarian mu?"
"entahlah, mungkin juga..hehe..lagi-lagi pake mungkin….tapi kalo boleh jujur, aku sebenarnya sedang lari dari sesuatu"
"mm..nampaknya aku pernah ada di posisi itu, tapi lari itu tidak akan menjadikan solusi, kamu harus menghadapinya dan belajar menyelesaikannya, meskipun kamu gagal, atau kamu tau akan gagal"






"Okay, mungkin aku kurang tepat, aku tidak benar-benar lari, aku hanya lari untuk sementara, lari dari kerumitan di kepala, aku akan mengadapi nya tentu setelah ini, mau tidak mau, tapi dalam waktu sebulan ini, aku ingin lari, supaya bisa ngambil keputusan apakah mengambil pekerjaan baru, atau tidak…"
Tiba-tiba dia memotong, "stop..aku tidak mau mendengar terlalu detail, itu urusanmu, aku sekali lagi cuma mau berdoa, semoga kamu menemukan apa yang kamu cari"

"oh..okay, kupikir kamu mau tau lebih jelas, karena untuk pertama kali aku menemukan orang asing, yang kupikir bisa membantuku"

"ya..tapi sebagaimanapun aku berusaha membantu, hanya kamu sendiri yang bisa menemukan apa yang kamu cari, karena ini pencarianmu"

"Betul, ..okaylah, kalo gitu..lupain dengan membantuku…aku juga terlalu naive mengharap bantuan …thanks buat doanya. Amin. Semoga aku bisa menemukan pencarian itu. Lets change the topic then…since I dont want to bother you too much…”
“Hey..jangan gitu dong, somehow ini percakapan menarik..mari kita lanjutkan..aku mungkin tidak akan membantu apa-apa dan tidak mampu, tapi setelah dipikir-pikir, nggak ada salahnya aku mendengarkan, menjadi pendengar yang baik kadang susah, lagian masih sejaman lagi paling kapalnya brangkat..jadi..ada masalah apa dengan pekerjaan baru ini?”
“Mm..baiklah thanks sebelumnya…sebenarnya bukan pekerjaan baru, cuma kesempatan baru yang mengharuskan aku bakal pergi meninggalkan banyak hal yang udah aku buat selama ini bila aku mengambil kesempatan ini…aku akan melepaskan banyak cinta, cita-cita dan harapan…ya, in return aku akan mendapatkan cita-cita dan harapan lain…yang aku sama sekali tidak tau akan seperti apa…."







"Mmm…memilih diantara dua hal yang tak jauh bedanya..…apakah kamu tidak menyukai kesempatan pekerjaan baru yang datang ini"

"Entahlah, aku belum menemukan jawaban untuk itu juga"
"Mm..nampaknya pencarian yang dalam untuk waktu yang singkat"
"Betul..meski singkat itu sendiri relatif, mungkin bagi sebagian orang satu bulan justru terlalu lama"
”Ya itu memang relatif, tapi yang tidak relatif tentang lama atau tidak adalah hidup, bahwa hidup memang tidak lama"
"Betul..aku jadi merasa semakin bingung dan pusing"
"hehe..come on, you are a backpacker, don’t you think this journey is way too precious and fun ..jangan dibikin compleks, kalo logika sudah buntu, kadang kamu mau nggak mau harus percaya sama instink mu…peduli apa kata orang, this is your life, this is your journey, you are free to choose any path you want, jadi jangan terlalu pedulikan kata-kata orang, choose one, and make great on your choice…if you fail with the one then move to other option”
“haha…sound like a therapy session”
“it is a therapy session, except we don’t have a nice couch or meditation sound…hahaha….Cuma ada dermaga ketapang yang berdebu dan panas padahal udah hampir tengah malam, bahkan bis dari jember pun belum nongol-nongol hehe……satu hal, setidaknya kamu harus bersyukur, di usiamu, kamu bingung membuat keputusan tentang memulai sesuatu, melihat ke belakang aku dulu, aku bukan bingung membuat keputusan memulai sesuatu, tapi justru kebingungan untuk bagaimana memulai sesuatu, bahkan kebingungan karena tidak tau harus memulai apa”







“Tidak tau apa yang dicari dalam hidup maksudnya?”
“Ya..kurang lebih seperti itu…bahkan tidak tau apa-apa tentang hidup”
“haha…sama saja lah yang mengaku tahu tentang hidup juga sering tersesat, tahu belum tentu menjamin kita selamat, betul kan?”
“betul…tapi setidaknya tau bagaimana tidak enaknya tersesat, membuat kamu ingin mencari jalan yang lain, jalan selamat”
“I hope I am in a right track, in a right way”
“Don’t worry you’ll be fine”
“I hope so…”







Sorry; pemakain kata aku dan kamu di atas, emang kagak gw banget ;) tapi kadang klo ketemu orang harus sopan, jadi penggunaan gw-elo ala jakarta sedikit dikurangin tanpa mengurangi rasa hormat ;p