June 27, 2007

Kudapatkan jawaban dari pertanyaan


“Tak mau menjawab, atau tak mampu menjawab? Atau mungkin tak ada keinginan sama sekali untuk menjawab. Atau mungkin, dia tak ada keinginan sama sekali untuk bicara…atau jangan-jangan dia tidak punya keinginan! Hmm…nampak berlebihan kayaknya kalo sampai berpikiran demikian”.

Sudah sedari tadi dia pergi, dan aku ditinggalkan sendirian dalam kepenasaran. Padahal tak ada yang ganjil dari hari ini. Dia seperti biasanya ceria, kami seperti biasanya mengisi hari ini...........jalan, belanja kiri kanan, mengomentari satu dua hal tak penting, mengutuk-ngutuk kemacetan, sampai membual soal idealisme dan kapitalisme pun dibawa-bawa. Hanya satu pertanyaan simple yang kulontarkan, kemudian dia terdiam, dan aku bingung sampai sekarang.

“Kenapa sampai sebegitu malas nya dia menjawab pertanyaanku tadi? Buntu?...mmm...seharusnya tidak…karena tadi itu bukan sebuah pertanyaan susah. Sangat sederhana, dan lugas”

“Kenapa dia tak mau menjawab pertanyaanku tadi? Terus terang ini semakin menggangguku...Dia hanya terdiam tadi..... dia menatapku....ya...sejenak setelah dia agak lama menunduk....tunggu..dia sepertinya kaget aku menanyakan itu padanya, benar....dia sempat kaget...pada awalnya dia kaget...dia kemudian menunduk, ada yang dipikirnya ....kemudian dia menatapku, tapi tak sepatah kata pun keluar, padahal besar harapanku, saat itu juga aku mendapatkan jawabannya”.

“Apa mungkin dia marah? Apa mungkin dia marah aku bertanya demikian....
Ini bukan kali pertama aku bertanya, ini kesekian kali aku bercerita,....apa jangan-jangan dia bosan karena aku terlalu sering bercerita, terlalu sering mengadu, terlalu sering minta pendapat dia”.

“Tidak...tidak mungkin. Dia sendiri pernah bilang, kalo dia senang ...ya dia senang kalo aku sering bercerita dan berkeluh kesah...Bahkan ketika kita tidak sepaham dan kita bertengkar, dia sendiri malah bilang kalo dia senang...semakin tau sifat asliku dan kejelekanku, dia memaafkanku saat itu...dia bilang ‘terlalu rugi kalo dia terus-terusan berantem, banyak waktu terbuang percuma, hanya saling memahami yang dibutuhkan’.......yah dia memaafkanku”.

“Apa aku menyinggung perasaan dia dengan menanyakan hal tadi? Mungkinkah? Mm...sudah terlalu lama aku kenal dia, tak pernah dia marah atau tersinggung hanya karena sebuah pertanyaan sederhana...yang ada malah sebaliknya, akulah yang selalu marah-marah ke dia karena hal-hal sepele”.

“Lantas kenapa dia tiba-tiba terdiam ketika aku bertanya tadi...."

“Apa mungkin dia menganggap pertanyaanku itu aneh. Mmm...kenapa pula dia menganggap pertanyaanku aneh, dia sudah mengenalku sekian lama. Tak banyak sifat anehku yang tersembunyikan lagi darinya.....dan aku pun tak melihat tatapan yang mengganggap pertanyaanku aneh, tidak! Aku tidak melihat itu di matanya....aku hanya melihat............”.

“Tunggu.........”
“Kenapa aku melihat sedikit kesedihan di tatapannya tadi, bagaimana mungkin dia sedih...
tidak mungkin dia sedih.......dia tau ini akan jadi kebahagiannku, Bagaimana mungkin dia sedih untuk sebuah kebahagiaan aku.........seorang aku yang sudah lama dikenalnya. Dia tau kalo aku sudah lama menunggu-nunggu ini."
"Apa karena aku tidak pernah menceritakan ini padanya sebelumnya? tidak mungkin, dia tidak harus bersedih untuk itu, dia seharusnya sudah tau itu, dia sudah mengenalku sejak lama..... dia harusnya sudah mengira kalo aku akan meminta pendapat dia tentang hal ini dan dia mestinya tau kalo aku benar-benar akan bahagia....lantas....ada apa dengan tatapan matanya tadi....kenapa dia bersedih?"

"Kenapa dia tak ikut berbahagia dengan-ku, kenapa lantas dia malah pergi begitu saja".

"Kenapa .....kau tak menjawab pertanyaanku..........

=========================================================

..........Dear My Journal,
Tak biasanya, dia menutup hari ini dengan terdiam. Dia membuatku bertanya-tanya. Dia meninggalkanku tanpa jawaban. Aku melihat kesedihan di tatapan matanya. Tapi aku tak mengerti arti kesedihan itu dan aku tak cukup berani untuk bertanya kenapa dia bersedih. Karena dia bahkan tak menjawab pertanyaanku.

..........Dear My Journal,
Aku bersedih. Karena aku tidak pernah bertanya. Aku tidak pernah berani bertanya. Aku selalu memendam perasaan ini. Aku takut kehilangannya. Aku takut kehilangan dia seandainya kusampaikan pertanyaan ini. Pertanyaan yang setiap malam mengiringi do’a-ku, pertanyaan yang tiap pagi membuatku gundah ketika akan bertemu dengannya, pertanyaan yang tiap petang membuatku bingung akan berpisah dari-nya.

Teman....Hari ini. Hari ini..tanpa kubertanya, kudapatkan jawaban........ dari pertanyaanmu. Semoga kamu bahagia. Maaf aku tidak sempat menjawab. Maaf aku terlihat sedih...Karena aku menyadari, akhirnya aku kehilanganmu.

Aku menutup hari ini dengan terdiam. Aku meninggalkanmu tanpa jawaban.


[Dari satu hari saja, untuk mereka yang selalu berpikir dengan ke-aku-annya, pandanglah dia dari sisi-nya sesekali, karena mungkin kau akan kehilangan dia...........suatu saat, tanpa kau sadari].