December 9, 2008

Menemukan Tuhan Dalam Patung dan Lukisan

Ketika berbicara tentang sesuatu yang universal, maka itu menjadi tanpa batas(argumen pribadi). Ambil sebagai contoh, sebuah karya rupa. Yang sudah sangat akrab misalnya sebuat patung, atau sebuah lukisan. Memang karya rupa tak mesti selalu terbatas dengan seni. Apa pun itu jenisnya, ketika sebuah karya memang tidak memerlukan bahasa verbal, maka siapa pun bisa menikmati nya (jika persepsi subjektif penikmat berhubungan dengan apa yang ingin perupa sampaikan). Atau mungkin sekedar melihat dan memutuskan untuk melanjutkan melihat atau tidak dalam tataran terendahnya. Secara lebih umum meng-apresiasi. Dalam hal ini, sebuah karya rupa bisa mengeliminasi kebutuhan bahasa verbal. Mereka yang tidak berbicara dengan bahasa yang sama karena terlahir di tempat yang berbeda, dengan budaya yang beda dengan sang perupa, masih bisa mengapresiasi nya. Sedemikian pula, seorang pemahat dari Papua hasil pahatannya diterima dengan baik oleh komunitas pemahat di Canada, yang berbeda benua. Atau secara tidak langsung juga, mengeliminasi dimensi ruang. Lantas bagaimana dengan lukisan Rembrandt yang sudah berumur sekian tahun dan masih digemari dan dikagumi banyak orang, bahkan seorang pelukis zaman kini sekalipun. Ini pun memberikan argumen terleminasinya dimensi waktu.Dalam hal ini sebuah argumen muncul, bahwa sebuah seni rupa bisa mengeliminasi bahasa verbal, dimensi ruang/jarak, dan dimensi waktu. Benarkah?

Sangat subjektif memang jawaban atas pertanyaan tadi, tapi setidaknya saya cenderung membenarkan. Terlepas dari pasti banyak juga yang tidak setuju, saya melihat bahwa, sebuah seni rupa baru benar-benar diakui universalitas nya jika bisa diterima oleh banyak orang. Ada karakteristik unik dari seni rupa yang mampu diterima banyak orang. Agar karya seni tersebut bisa diterima tanpa pandang bahasa verbal, tanpa pandang dimana pun orang berada, dan tidak hanya diterima sesaat, maka seni rupa itu setidaknya harus datang asli dari sang perupa. Originalitas karya tersebut harus absolut atau tidak diragukan lagi. Menurut saya, originalitas adalah inti/essence-nya dari subjektivitas yang mampu dimanifestasikan secara fisik ke luar. Secara lebih mudah, originalitas harus berasal dari hati seseorang. Harus datang dari nurani yang terdalam, terpancar ke luar. Dan ketika sang perupa mampu menghidupkan apa yang di dalam hatinya menjadi sebuah bentuk fisik, itu membutuhkan talenta yang luar biasa, membutuhkan kerja keras, membutuhkan pengalaman, yang luar biasa yang kadang hanya sedikit orang mampu melakukannya. Di situlah letak tantangannya. Dan tentu itu semua akan tercirikan dengan sendiri nya, yang membuat orang yang melihat karya sang perupa akan lebih meng-hargai, menikmati, atau meng-apresiasinya.

Pertanyaan berikutnya adalah, originalitas yang seperti apa yang bisa diterima secara universal? Saya tidak punya jawaban pasti. Tapi sedikit tebakan saya, bahwa agar originalitas itu diterima secara universal, dia harus mewakili sebanyak mungkin orang. Tidak memihak siapa pun, tidak memiliki kepentingan apa pun selain kepentingan semua orang, karena dengan itu setidaknya ada unsur persamaan kepentingan, yang akan menimbulkan pemahaman atau bahkan rasa kepemilikan. Seperti apa? Kemanusiaan, kedamaian, keindahan, cinta, atau bentuk negatifnya.

Lantas, jika kita hubungkan dengan argumen awal. Bahwasannya karya seni rupa bisa mengeliminasi dimensi ruang, waktu dan bahasa karena ada originalitas yang universal dari sang perupa. Bisakah kita membalikan causalitas, menjadi; Jika kita mampu mengeluarkan originalitas universal kita terpancar ke luar menjadi sebuah karya fisik, Apakah karya kita mampu melewati dimensi bahasa, ruang dan waktu? Bagi saya ini sangat menarik. Karena ada kekuatan luar biasa yang ditawarkan dari kemampuan bernegosiasi dengan dimensi bahasa, ruang dan waktu

Pertanyaan kembali diulang, dengan berangkat dari pola yang sama, ketika kita tidak lagi berbicara hanya sebuah karya seni rupa. Tapi berbicara tentang kehidupan pribadi kita masing-masing. Dimana setiap hari kita tentunya berkarya, dalam skala nya masing-masing. Maka (menurut saya), apakah jika kita mampu memancarkan apa yang ada di hati kita, nurani terdalam kita ke luar, menjadi bentuk fisik (dalam manifestasinya masing-masing), kita mampu bernegosiasi dengan ruang, waktu dan bahasa? sekecil apa pun karya yang kita buat?

Bagi saya (pribadi) jawabannya adalah iya. Jawaban atas itu semua adalah iya. Sekecil apa pun yang kita kerjakan. Seminimum apa pun yang kita lakukan. Itu bisa melewati ruang, waktu, dan bahasa dengan satu syarat tentunya. Originalitas yang universal haruslah dijadikan tujuan. Keindahan, kebahagiaan, kedamaian, harus mampu kita pancarkan ke luar dalam setiap karya kita. Inilah letak keunikannya. Dimana originalitas universal menjadi tujuan. Dan sebaliknya, karena tujuan juga terletak pada originalitas, di dalam hati nurani manusia. Tujuan dan awal menyatu.

Saya sangat enggan sebenarnya menulis paragraf terakhir ini, karena kembali ini menjadi sangat subjektif. Bagi saya keindahan, kebahagiaan, kedamaian ataupun bentuk negatifnya akan bermuara menjadi satu, dalam zat yang paling representative, yaitu Dia yang satu, Tuhan. Dan ketika pernyataan tadi tentang originalitas menjadi tujuan diulang. Maka otomatis tujuan itu tergantikan menjadi Tuhan. Bukankah Tuhan sangat menghargai niat? Benar, karena di situlah originalitas berada, di dalam hati manusia, layaknya sebuah niat. Dan ketika pernyataan tentang tujuan dan awal menyatu diulang. Maka Tuhan menjadi niat kita, menyatu dalam hati nurani. Dalam kata lain, jika konsep tadi kita terapkan, maka akan terpancar sifat-sifat mulia (illahiyah), sifat-sifat Tuhan dalam diri kita ke luar menjadi bentuk fisik. Dan jika itu dilakukan oleh semakin banyak orang, maka akan semakin banyak terpancar sifat illahiyah.

Mungkinkah melewati dimensi-dimensi tadi? Mungkinkah mengeliminasi dimensi-dimensi itu ? Kembali, jawaban saya mungkin. Karena sekali lagi, Tuhan adalah sumber dimensi, Dia yang menjadi kan dimensi itu ada dan tidak ada. Maka apa yang kita perbuat, apa yang kita lakukan ketika kita mampu memancarkan originalitas universal/sifat-sifat ke-Tuhan-an dalam niat dan tujuan (awal dan akhir, tak terputus, atau berkesinambungan ; istiqomah), maka kita pasti mampu melewati dimensi-dimensi itu. Melewati dimensi ruang dan waktu, melewati semua keterbatasan fisik. Bukankah itu yang disebut kekekalan ?(sebagian dari pejelasan tentang kekekalan menyatakan demikian ; hilangnya dimensi fisik dan waktu). Bukankah itu yang dijanjikan Tuhan pula ? Kekekalan. Dan bukankah itu pula sifat Tuhan ? Maha Kekal. Menyatu dengan Tuhan?

Hanya berbagi pertanyaan. Dari satu hari saja.

[Dalam memperingati Hari Idul Adha, Dimana para manusia mengikuti sunnah Rasul, berkumpul di Arafah, layaknya hari pembalasan, dimana kesanalah kita semua akan kembali...Selamat Idul Adha]

December 6, 2008

CP in Bukit Tinggi and Sikuay Vacation

Introducing our new madagascar series performing "CP goes on Vacation" starring by:

Paus kuning (Perut Maju Jalan)


Nyamuk loreng (Takut Air)


Lalat merah (Manjat Poon Kelapa)


Kaka Gorilla (Gak Punya Ide gmn Survive di Air)


Kodok ijo (..so dazzling...hueks)

Cameo

- Miauw Nakal=wanita penggoda, sebagai rumput yang bergoyang, gunung gak jelas, awan tak puguh
- Mba Fit as Mba Fit J
- Mba Al as Mba Al J
- Pak Edi as Pak Edi

Objective: Pergi ke Bukit Tinggi untuk menghadiri nikahan nya Uni dan Alfian, sambil jalan-jalan tentunya, diterusin ama main ke Pulau Sikuay




BUKIT TINGGI

Pak Edi pake baju Orange

Perjalanan Jakarta Padang pake Mandala airlines ternyata gak semenegangkan yang gw bayangin. On time bahkan. Awal jurney sedikit behave, karena gw berangkat bareng Ustad dan Ibu Rusli dan terpaksa duduk misah ama gerombolan siberat. Konon mereka berebut nasi goreng di pesawat!! Sigh...kampung emang.

Se-landing nya di Bandara Internasional Minangkabau gw di sambut dengan sms Pak Edi. Pak Edi adalah driver tangguh kita. Langsung gw kabarin Mbak Fit, buat ngehubungin Pak Edi. Ribet juga nih Mbak Fit. Dia harus nunggu gerombolan siberat bberapa jam di bandara karena jadwal psawat dia beda sendiri, lebih pagi.

”Mbak Fit, gw masih nungguin luggage, Mbak Fit hubungin driver kita aj....dia pake baju orange”, kata gw.

Luggage-nya cukup lama keluar, pas gw keluar, langsung di sambut sama Pak Edi. Dan tentunya muka bete Mbak Fit.

”Gimana sih lo...katanya pake orange Pak Edi nya, ini jelas-jelas kotak-kota cokelat...tau gak...tiga orang yang pake baju orange gw tanya.....tuh yang itu...yang itu...yang itu....mereka bingung malahan”, gerutu Mba Fit.

Hehe...Mbak Fit gokil.... gw sebenernya gak tau Pak Edi pake baju apa, tapi entah kenapa gw bilang orange.


Air Terjun Lembah Anai

Air terjun ya air terjun. Entah kenapa pula kita sempet2in photo2 di air terjun.


Minangkabau = Tanduk Kerbau.....STOP!!

Perjalanan menunju Bukit Tinggi cukup jauh..kiri kanan sempet kita liat Rumah Gadang.

Mulailah...diskusi pandai dimulai.

”Minangkabau...ternyata eksotik juga ya, gw wonder Minangkabau asal usul kata nya dari apa ya”, kata sapa ya itu...gw gak inget.

Pokoknya entah kenapa...moment itu gw sampai pada kesimpulan bahwa MINANGKABAU=TANDUK KERBAU

abis gw terinspirasi ama bentuk muncung2nya atap Rumah Gadang, yang mirip tanduk kerbau. Yang ternyata gw salah dikit....Minangkabau=Menang+kerbau....maap semua orang minangkabau atas kelancangan gw....gw sudah cukup ditindas sama gerombolan siberat ini, padahal gw cuma menyuarakan keluguan gw.

Entah kenapa....(tebakan gw sih terkena JIN Minangkabau..akibat bilang tanduk kerbau=minangkabau), Si Lalat Merah tiba-tiba teriak STOP!!! kenceng banget....yang bikin Pak Edi langsung nge-rem mendadak tuh mobil. Inilah Si Lalat Merah, kalo lagi kumat suka error mendadak..dan teriak2 ndak puguh. Berhubung gw gak mau bikin Pak Edi stress dan illfeel..langsung improvisasi kita nyari spot buat photo-photo. Mmm...gaya laskar pelangi. Klik.klik. Emang sih view nya sepanjang jalan okeh-okeh..



Lupa bayar di Sate Mak Syukur

”Gwa...gak suka sate padang”, kata Kaka Gorilla.

”Tapi ini sate paling ter-kenal se-antero Padang...dan hukum-nya wajib nyobain”, kata gw keukeuh.

”Ternyata lumayan enak...maklum lapar”, akhirnya Kaka Gorilla mengakui juga.

Pak Edi tentu kita undang makan juga tuh sate padang, yang mungkin menurut dia gak lagi special secara dia emang orang Padang.

Makan kenyang langsung cabut. Semua udah di mobil...dan mobil mulai meluncur nih ninggalin mak syukur....ups..ternyata makannya Pak Edi belum ada yang bayarin. Hwaa.....Langsung bakat akting-nya si Lalat Merah keluar.

”Eh bentar-bentar...Pak...Ada yang ketinggalan”.

Pak Edi...maafkan kami.


Disambut Mak Erot versi Padang

Ini adalah penemuan terbesar kita sepanjang perjalanan ke Bukit Tinggi.

Mc.Errot

Zat Pembesar Umbi-Umbian

Memfokuskan penyerapan pupuk

Pada tanaman umbi-umbian

Dipakai Pada Masa Pembuahan

---hayoo....kreatif kan orang BukitTinggi.....


Ngarai Sihanok

Emang okeh ni ngarai...view nya ajib banget. Yang di sesalkan...di antara gerombolan siberat ada yang mengaku dirinya ”geologist”, ada pula ”geophysicist”, gak tanggung2 jebolan universitas dan institut terkemuka di indonesia. Ndak ada satu pun yang berhasil ngejelasin ke gw...gimana asal usul secara geologi..ampe Ngarai ini dinamain Sihanok...ama relasinya ampe orang jepang mau bikin goa di situ. Kecewa gw!! Gw yakin kalian pas kuliah nitip absen mulu!!


Mengendus di goa jepang

Kaka Gorilla...emang jagonya mengendus. Mencari jejak di Goa Jepang. Emang nih goa agak-agak berliku-liku ndak puguh, konon anak tangganya nyampe 128 lebih. Tapi berkat ke-hebat-an mengendus Kaka Gorilla, kita berhasil tidak tersesat. Namun sayang, aksi mengendus Kaka Gorilla sedikit berujung asam setelah mengetahui kalo ternyata ada Pamudo Bukit Tinggi yang meninggalkan jejak di situ....tertangkap basah sedang merapat ke dinding goa, mengeluarkan bau pesing...alias pipis di situ....nasib...nasib.


Jam Gadang – Kemang nya Pamudo Pamudi Bukit Tinggi

Gw pikir nih jam gede!! Tapi ternyata gak gede2 amat. Pas sore-sore ke sana. Sepi...delman-delman aja pada baris saking sepi pengunjung. Pas malem-malem ke sini...uwiiih....pamudo-pamudi bukit tinggi tumplek blegh di sini. Dandanannya sih rada-rada gak puguh pasalnya emang remang-remang...tapi yang pasti topeng monyet masih aneh di sini. Soalnya pas ada topeng monyet...langsung tuh kerumunan bikin lingkaran layaknya menyembah topeng monyet di bawah jam gadang.




Kerudung Terawang khas Bukit Tinggi

Awalnya dimulai dari nyari kerudung terawang. Gw akuin, ada sisi ”sayang mama” yang tak terkuak dari si Paus Kuning yang bikin gw terharu. Kita keliling-keliling Pasar Atas nyari tuh yang namanya kerudung terawang buat dia. Well...seperti biasa, ujung2nya malah semua orang ikut belanja. Sigh!! Kemahalan pula......hahaha.


Itiak lado mudo / Itik Lada Muda

Ini yang bikin kakak gorilla tergila-gila...I-t-i-a-k...L-a-d-o....M-u-d-o

Warungnya persis di bawah Ngarai Sihanok....pedesnya ama asin-nya pas banget!! Sebagai bukti ya…hampir semua makan dua porsi…tulang2 berserakan..hasil keganasan kita. Teuteup…Kaka Gorilla yang paling meraung-raung meratap terngiang-ngiang ama itiak lado mudo

Perasaan gw udah bilang kan...kalo makanya pada dua porsi. Oh ya?! Belum cukup...langsung hajar lagi duren...pinggir jalan langsung...



Sunset di bawah Ngarai Sihanok

Pemandangan dari bawah ngarai sihanok ternyata okeh banget...apalagi pas sore2. Pas banget mau sunset....mataharinya nembak ama tuh pesawahan padi yang menguning.



Kawinannya Uni sama Alfian...Mengharukan!!

Meski aksi kedatangan kita ke BukitTinggi disambut dengan marah-marah nya Uni.... weks....(you know lah...kita emang nakal-nakal)..........tapi kita tentu gak patah semangat....karena kita sampai pada kesimpulan, ini kawinan termegah di bukit tinggi abad ini, dan tidak boleh dilewatkan. Tentunya!! Jalan-jalan aja ampe di blokir coba...(hehe...ini gara2 mo kawinan Uni atau gara2 rombongan haji mau lewat ya...gw lupa...pokoknya gw sampe pada kesimpulan ”kawinan termegah di Bukit Tinggi”), konon yang kawin di situ cuma anak walikota Bukit Tinggi...yang tentunya se-level sama Uni....Hehe numpang tenar.

[maaf tidak ada photo2 pas kawinan...takut yang bersangkutan tak berkenan........tau sendiri lah hai]

Sebagai ganti...nih photo2 narsis kita aj di depan gedung tempat kawinan. Gedung perpustakaan Bung Hatta. Uwiih view dari gedung ini bagus banget...diapit ama gunung Marapi dan Gunung Singgalang(bener gak?).



Nasi Kapau Uni Lis

Konon...nasi kapau Uni Lis inilah yang paling terkenal..kita nyobain yang di Pasar Atas...gak kadung meski kita mo dijamu ama yang nikahan...wisata kuliner is number one..

Emang bener...spesial banget. Tuh liat photo kita. Tumben2an kita bener2 gak nyadar di photo. Saking terbius-nya ama masakan Uni Lis (Lebay...!!).

[kesalahan bukan pada mata anda, gambar emang gak fokus...Pak Edi yang ngambil..maklum]


Vote for Amri, the next Indonesian Idol

Sapa sangka kalo tanah Bukit Tinggi juga punya talent di penyanyi jalanan. Kita dihibur ampe tiga lagu ama ”Amri”. Suaranya keren.... Amri katanya pernah ikutan audisi IDOL...tapi gagal....gw yakin juri IDOL gak objektif....do they ever?! Hwahaha...kidding..kidding..



PULAU SIKUAY

2 meter ombak....risky ride pake wilson...is this trip worth?!!

Sebenernya kita udah deg-degan aja pas nyampe tuh Muara Padang, Dermaga Wisata Bahari. Dari pinggiran kita udah bisa liat, ombak lagi ganas. Tapi entah kenapa...gak ada satu pun dari kita yang mau ngebahas ombak ganas. Sampai pada detik dimana kapal yang harusnya bawa kita gak muncul-muncul dan gak jadi berangkat dari Sikuay buat jemput kita karena ombak lagi tinggi. Kita teuteup aja lempeng...gak ada yang bilang ”cancel”. Gw dalam hati deg2an mampus. Liat deh muka kita yang cemas pas dikasih tau soal ombak gede...tapi gak ada yang mau ngaku kalo kita cemas!!

Tapi gw tau si Kakak Gorilla tukang nge-laut nganterin cowoknya diving meski dia meng-klaim gak bisa berenang.

Si Paus Kuning, pasrah dot net. Dia ngikut suara terbanyak, alias gak peduli. Padahal dia juga gak bisa berenang. Namanya aja paus..tapi kagak bisa berenang.

Si Lalat Merah, adalah yang paling sporty dan atletis diantara kita. Tapi gw yakin dia juga deg-deg an, terbukti dia berulang-ulang nyeritain kejadian kapal tenggelam di kupang sana...am kita...kayaknya sbenernya curhat colongan kalo dia tuh deg-degan.

Si Nyamuk loreng...sumpah dia mah leumpeng alias lurus. Dia nggak nyadar kalo trip ini berbahaya..selidik punya selidik dia baru nyadar pas kita naek wilson...pas kita udah basah kuyup baru dia nyadar kalo ombak-nya gede.

Gw?.....jangan tanya. Gw deg2an abez. Mampus...apalagi pas si mbak itu minta nama kita berlima sebelum berangkat...Nyadar gak sih kalian!! Makanya gw maksa harus pake Lifevest.

Akhirnya setelah jam-5 lewat dikit, kita berangkat dari Muara Padang..nyebrang ke Pulau Sikuay naek wilson. Kebayang gak sih tuh kapal mungil ngebawa kita nerjang ombak yang tingginya 2 meter lebih.

Belum keluar dari muara....kita udah basah kuyup. Sumpah!! Goyangannya mirip kora-kora di Dufan...Cuma ini lebih real life...Kamera juga ikut kena air. Semua orang pucet. Sepuluh menit berikutnya...lemes. Sepuluh menit berikutnya mulai panik...kok jauh amat gak nyampe-nyampe. Sisanya pasrah!! Gw sempet nanya ama si Paus Kuning...”is this really worth?! Should we cancel it?!”…seperti biasa dia lempeng..dan bilang terserah….

Sok-sok an kita sempet2in dadah2an ama kapal2 kecil yang juga maksa kayak kita nge-laut di tengah2 ombak gede. Kita emang “insane” kalo gw bilang. Sumpeh elu-elu pada GELO!!! Gw ngapok naik kapal....kalo aja gak ada lifevest...gw gak akan berani nyebrang di ombak yang tingginya 2 meter lebih pake kapal kecil kayak gitu.


Banyak yang gak bisa pulang

Gw sumpah gak bisa berkata apa-apa sesampainya di Sikuay. Basah kuyup...lemes...adrenalin terkuras abis..sumpah kayak naek kora-kora selama satu jam-an. Sebenernya semangat berpetualang udah terkuras abis. Apalagi ngeliat orang-orang pada numpuk di dermaga..gak bisa balik. Apalagi pas denger kabar kalo kapal dewaruci yang siang-siang itu terpaksa balik lagi ke Sikuay karena kapalnya oleng dan udah keisi air. Puiih!!!


Sikuay Island

Semua ketegangan agak mereda..setelah ternyata ngeliat air laut yang makin sore makin tenang...biru torquis!! Si Paus, Lalat Merah, dan Nyamuk Loreng terbius seketika itu juga untuk ngerasain jernihnya air laut di kaki mereka persis di depan cottage-sea-view-102.


Sigh!!..berasa semua beban hilang seketika...serasa ada di negeri lain...negeri penuh cerita...segar tanpa batas....


Dari Pop Mie ke “Karupuak”

Laper. Ya iyalah...setelah adrenaline terkuras abis. Mana ada yang gak laper. Malam itu…hujan rintik-rintik di pulau. Sambil ngantri nunggu giliran mandi…Pop mie hangat!! Sumpah, kali itu rasa Pop Mie berasa spesial.

Belum nendang tentunya kalo gak di-isi makan beneran. Dinner disambung dengan nasi goreng, ayam goreng. Jangan tanya soal rasa, kita emang gak expect tinggi dari nih tempat soal rasa. Meski kalo Si Lalat merah seleranya gak jauh-jauh dari kerupuk, tapi dia struggling minta ampun pas mau request kerupuk ama pelayan situ, gara-gara sok-sok-an pake logat Padang....Alih-alih kerupuk, dia malah bilang ”Uda minta karupuak dong”....yang dibalas sama si Uda, ”Pake bahasa indonesia aja!!”...


Proklamasi di sunset plaza

Gw gak tau upacara apa yang kita lakuin...yang jelas kita melakukan proklamasi kemerdekaan kita.......

Proklamasi, kami adalah hewan-hewan MADAGASKAR, Paus Kuning, Lalat Merah, Kaka Gorilla, Kodok Ijo dan Nyamuk Loreng...mengeksiskan CEPE=Club Pendosa=Club Pemberontak di Sikuay....and WE’RE UP TO NO GOOD, akan tetap GARINK dan JAYUS, demi PERDAMAIAN DUNIA dan KENAIKAN GAJI..(hwahaha...ngayal)

Proklamasinya emang gak jelas...tapi yang jelas adalah mengheningkan cipta di puncak sunset plaza (baca=JUST SHUT OUR MOUTH UP for 1 minute).....percaya ama gw...moment SILENT untuk satu menit itu susah(banget) manakala lima hewan liar MADAGASKAR ini terdampar berbarengan..bawaannya loncat-loncat gak jelas!! Meski si Paus Kuning yang gaya gravitasinya besar sendiri melawan newton....TEUTEUP dan KEUKEUH loncat-loncat ndak puguh....



Viewnya...dinginnya...sepinya..anginnya...pas!! We left some of our souls there...sigh…



PADANG

Pantai Air Manis…si Malin Kundang

Malin Kundang…euuwiih pantainya pasir item…banyak yang surfing…Sayangnya gak ada makanan worthed di situ…untung Pak Edi bawa kita ke Sea food Unang Rindu – Jalan Pantai padang – Tidak buka cabang…udang bakar, cumi bakar, kakap bakar-nya pas!! bahkan bisa bikin si Kaka Gorilla ngelupain I-t-i-a-k l-a-d-o m-u-d-o…yah itiak lado mudo…yah itik lada muda…makan disana dapat kalender lho!!


Antique – pasangan langka

Nyamuk loreng butuh oleh2 dari BukitTinggi…kira2 apa coba pilihannya ? Barang Antik…yah layaknya pola pikir dia yang emang masih jauh di zaman nya…jaoh di belakng kita….(ups kidding)…jd yang dicari jg yang se –zaman ama dia….ya cuma ada di toko antik…


Oleh-oleh, menyogok calon mertua pake keripik pedas

Si paus kuning ..pengen nge-dapetin cewek Norway..gimana caranya? Kasih mertua kerupuk singkong pedas alias kripik balado khas padang....sigh!!


Tragedi Duren di Air Asia ...Minyak nyong-nyong, parfum

Perjalanan pulang nih dari Padang, balik lagi ke jakarta. Lalat merah..ini adalah aksi paling provokatif yang pernah gw tau...BAWA DUREN KE PESAWAT...kita semua tau kalo itu gak boleh!! Tapi…keukeuh…si lalat merah mau coba….(padahal gw pikir durennya jg gak spesial2 amat)….Sejak ngelewatin security yang pertama petugasnya udah tau kalo bau duren...Gw udah mo berlagak-lagak sendawa keras pura2 abis makan duren (meski takut kalo ntar gw disurun masuk ke SCAN se badan-badan)…ampe akhirnya si Lalat Merah kehilangan strategi…gimana caranya ngalahin bau duren….dikasih parfum…dikasih kayu putih…ditambahin minyak nyong-nyong….uwiiih sumpeh….gw yang kebagian deket-deket dia…udah muter2 aja kepala…hidung berasa kena setrum. AKHIRNYA gmana? Ketauan ama pramugarA/I….sang duren di deportasi…dengan kehebohan minimum di dalam pesawat sebelum take off…


Makanan kadaluarsa disajikan di AirAsia

Padahal ini udah perjalanan balik ya…teuteup aj gak ada habis-habisnya. Seperti biasa, si Paus Kuning paling kreatif kalo soal wisata kuliner..termasuk wisata kuliner makanan pesawat…mungkin karena dia jarang2 naek air asia…dan pas berangkat naek Mandala..dia mo ngebandingin makanannya…Is air asia’s food better?

Dia pesen nasi lemak something (gw lupa)...dan seperti biasa dia habiskan in no time...dan apa yang terjadi setelah selesai makan..ternyata itu makanan udah expire satu jam yang lalu (dengan pertimbangan dibikinnya di malaysia), meskipun dibikinnya di indonesia...sudah expire 15 menit yang lalu...Dasar Air Asia cheap flight fare and expire food.

For sure, complain…tapi si paus mana tahan komplen kalo dihadepin ama pramugari Air Asia yang cuantik…gak kalah tampangnya ama Victoria Secret’s Model (versi Air Asia)..yang ada dia malah termehek-mehek gak jelas ama Noni (nama pramugari tersangka)…..tapi jelas Noni takut dan kuatir karena ngeliat efek makanan basi yang bikin perut si paus bengkak…beneran?! Enggak lah…dah dari sononya perut dia mah kayak gitu.

Akhirnya nyampe deh di Jakarta.


Wake Up!!

Nih dia…gw paling gak bisa kalo disuruh bikin ending dari perjalanan. Karena menurut gw, kita gak akan pernah berhenti berjalan. Berjalan bareng-bareng anak-anak CP(minus si miaw wanita penggoda)…hewan-hewan madagaskar(minus kucing nakal)…adalah:

  1. UP TO NO GOOD…don’t try it at home!!
  2. Dangerous for your life….
  3. Gak baik buat yang diet…
  4. Gak sehat buat otak yang pengen waras….

Anyway….Miauw…we miss you there!! But you’re so stubborn not to let go your Cheer Leading stuff behind….anyway…until NEXT TRIP!!

[dari beberapa hari sajah]