July 10, 2007

SMS -Anjing dan Kail

SMS-Anjing dan Kail

Beberapa halaman lagi kupikir, baru berhenti. Ternyata memilih terbang dengan last flight ke balikpapan bukan pilihan ideal. Mumetnya kerjaan dan macetnya jakarta jadi bonus sendiri menambah panjang rangkaian hari ini. Dan lagi-lagi...hotel yang sama. Tapi rasa-rasanya sudah bukan hotel lagi, saking terlalu sering nya mondar-mandir jakarta balikpapan dan selalu tinggal di hotel yang sama [Maklum, corporate agreement hotel], bahkan para pekerja di hotel sangat kenal namaku. Pemandangan yang sama, pantai yang kotor dan hitam di siang hari, atau lampu kapal-kapal kargo, mercusuar dan hazard light dari rig-rig pemboran minyak di malam hari. Romantisme picisan!!

SMS Chat Log :
”Lu dimana? Gw lagi ada program penyiangan hutan di Tanjung Puting nih, sialan gw ngorek-ngorek tai lu” –In ( Pelatih Anjing)
”Gw di Balikpapan, baru cek-in nih di hotel. Enak aja, itu tai-nya banyak orang” –Sent
“Haha….Pake ganti air mani gak cek-in nya?” –In (Pelatih Anjing).
“Dasar Sandal jepit luh!! …kagak lah” –Sent
“jangan terlalu tinggi lu terbang, angin lagi musim ribut sekarang, ntar lu masuk angin” –In (Pelatih Anjing)
“Gw harus terbang tinggi, bau taik terlalu menyengat, gak bisa bernapas” –Sent
”Gw butuh kail!!” –In (Pelatih Anjing)
“Gw kirim ntar, salam buat istri dan anak lu, kalo lu gak jadi mati dan sempet ketemu mereka lagi” –Sent.
“Seluruh monyet berterima kasih sama lu, Batere gw lowbat, gak ada listrik di sini,” –In (Pelatih Anjing).

Gw masih menyimpan nomer dia di handphone dengan nama “pelatih anjing”. Setidaknya begitulah dia ingin diingat. Takdir mempertemukan kita tahun 2003 di acara nanjak ke Gede-Pangrango. Nanjak yang seharusnya jadi pengrelease stress berubah jadi ajang cuci otak dari dia. Dia dulu tergabung di Bioscience Technology Unit, LSM lingkungan di Bandung, dibawa dengan dalih keselamatan atas ke-amatiran kita [lima orang kutu buku yang sok-sokan ingin ekspedisi nanjak gunung].

Bagi dia kami semua kala itu adalah calon-calon anjing, dengan argumen bahwa statistik yang ada menunjukkan sebagian besar lulusan Institut kami yang duduk di pemerintahan sekarang adalah anjing-anjing rakus, dan cepat lambat pasca kami lulus nanti, kami pun akan menjadi seperti mereka, anjing-anjing rakus. Dia tak pernah mempermasalahkan seberapa buncit perut kami nantinya, atau seberapa kotornya ingus dan liur kami, dia hanya meminta kalaupun nanti kami menjadi anjing, ingatlah pada kodrat bahwa anjing adalah carnivora. Tak pernah anjing memakan tanaman, memakan daun-daunan. Maka biarkanlah setidaknya hutan-hutan tetap hijau.

Meski hanya satu minggu, gw mengakui kedahsyatan dia, mematahkan argumen-argumen rasional kapitalis kami. Dia lulus dari institut yang sama dengan kami, dengan predikat cum laude [yang menurut kami tak gampang] tapi alih-alih bekerja di perusahaan bonafid dan menjadi anjing kapitalis [sepertiku sekarang] dia memilih untuk menjadi direktur bagi hidupnya, bebas dalam keliarannya, dalam LSMnya. Dia itu layaknya penjaja makanan keliling, berteriak-teriak setiap harinya menjual sebuah garis luhur yang kadang terlupakan, garis ketergantungan manusia akan alam. Berjalan tak henti-henti nya dari hari ke hari ke pelosok-pelosok kampung hanya demi mencari pelanggan-pelanggan kecilnya, anak-anak calon-calon anjing bangsa, agar hakikat ke-anjingan-nya tetap ada, tak melupakan kenikmatan bermain dalam telanjang kaki, di atas tanah-tanah berpasir hangat atau tanah-tanah merah pematang sawah atau lembabnya humus pegunungan. Bahwa anjing adalah carnivora, tidak perlu memakan hutan.

Kalo dia bilang habis batere berarti minimal sudah satu minggu dia di Tanjung Puting, di tengah-tengah hutan menanami lahan-lahan gundul, menyiangi hutan gersang yang terbakar penebang liar, atau semak-semak yang tercemar limbah pabrik-pabrik liar, tanpa listrik, tanpa alas tidur. Sementara gw dengan nyamannya tinggal di Hotel ini. Sangat kontras!!

Terasa sangat kerdil mengaca pada diri sendiri, membayangkan apa yang di lakukan dia dan apa yang gw lakukan sekarang. Sekian banyak do’a-do’a kulantunkan, sekian banyak ayat-ayat Al Qur’an kubaca dan kuhapal, tapi apa lantas ini menjadikan gw manusia terbaik? Dia disana berjuang tak henti-henti nya, dalam keterbatasan dan kesederhanaan untuk lestari nya bumi ini. Disini, gw memuji-muji keagungan Tuhan, ber-ruku dan bersujud dan memuji sampai berbusa-busa. Dan nyata-nyatanya gw benar-benar telah berhasil menjadi anjing. Setidaknya anjing yang menemukan jati diri ke-anjing-annya. Sebelum terjebak lebih jauh dalam ilusi, gw teringat janji sama dia. Sebuah kail........

[Dari satu hari saja, untuk teknologi (laptop, wi-fi and 3G, internet banking) gw berterima kasih.....kiriman kail jadi mudah!!!]